Minggu, 13 November 2016

Sang Pelukis Penyuka Piala





    Sang Pelukis Penyuka Piala

 


 



Aku lahir pada tanggal 26 Desember 2000 di kota khatulistiwa  , melengkapi keluarga dari pasangan suami – istri Sugondo dan Supemisda . Aku pun diberi nama Jessica Wulinda oleh kedua orang tuaku dengan bantuan kakek ku dari pihak mama . Menjadi anak tunggal membuatku terbiasa bermain sendirian di rumah dan terkadang aku juga bermain dengan tetanggaku hingga ayah mereka meninggal dunia . Sejak saat itu aku tidak pernah bermain lagi di luar rumah saat kecil . Terkadang aku menghilangkan rasa bosan ku dengan menggambar . Banyak sekali buku yang aku habiskan hanya untuk menggambar .
Nangis di Lapangan
Ada saat pertama kalinya aku masuk kelas TK B di Bina Mulia , dimana ketika baru saja masuk dan melihat guru nya , aku langsung lari sambil nangis ke lapangan dan memeluk pohon yang ada di lapangan saat itu . Bagaimana tidak menangis , aku begitu ketakutan saat mengetahui bahwa yang mengajariku adalah Ms.Merry yang masih terekam dengan jelas dalam ingatanku saat di playgroup dia adalah guru yang begitu galak dan sangat suka marah . Kakak yang waktu itu menemaniku ke sekolah beserta guru – guru TK lainnya pun kewalahan menangani aku yang bersikeras tidak mau masuk kelas . Akhirnya karena diiming – imingi akan diberikan kue jika aku masuk ke kelas , aku pun masuk ke kelas dan terus ditemani dengan guru TK lainnya agar aku tidak ketakutan lagi .

Awal Mula Bersahabat dengan Niluh
Waktu setiap jumat saat aku berada di kelas 2 SD dulu , akan selalu ada KAP ( Kegiatan Akhir Pekan ) yang diadakan oleh sekolah . Pernah saat KAP , aku dan teman – teman sekelas ku dibawa pergi ke Gramedia untuk melihat – lihat buku . Tidak lupa membawa uang jajan yang telah diberi oleh orang tua apabila kami memang hendak membeli sesuatu . Waktu itu aku kebetulan duduk berdua di bis dengan Ni Luh  Tiya Pertiwi , salah satu teman sekelas ku . Kami pun berbincang – bincang dan melihat – lihat isi Gramedia berdua . Waktu itu kami melihat sebuah buku yang begitu lucu dan memutuskan untuk membelinya . Buku itu pun kami isi dengan menulis cerita yang begitu pendek untuk kesenangan kami sendiri , setiap selesai menulis sebuah cerita kami akan bertukar buku untuk membaca cerita satu sama lain , lalu memberikan nilai sesuka hati . Mungkin , itulah pertama kali nya aku dekat dengan seorang teman dan menjadikan kami tetap bersahabat hingga saat ini .

Remedial Matematika Bersejarah
Menurutku kelas 3 SD adalah waktu dimana matematika adalah pelajaran tersulit di dunia . Karena setiap kali ulangan , aku tidak pernah tuntas di mata pelajaran itu . Setiap tidak tuntas , murid diwajibkan untuk mengikuti remedial yang telah disiapkan oleh guru . Dan aku harus mengikuti remedial hingga 2 – 3 kali untuk tuntas di mata pelajaran itu . Hal itulah yang membuatku tidak menyukai pelajaran matematika .

Pasrah Dengan Nilai Penjas Orkes
Setiap akhir semester pasti akan diadakan Ulangan Akhir Semester untuk menentukan kenaikan kelas kita melalui nilai akhir ulangan . Tidak hanya lemah di matematika , aku juga lemah di mata pelaran Penjas Orkes . Karena aku pasrah dengan nilai ku di mata pelajaran itu walaupun aku belajar mati – matian , akhirnya saat ulangan Penjas Orkes berlangsung mata ku pun kerap melirik ke lembar jawaban peserta ulangan di sebelah ku . Kebetulan dia adalah pemegang gelar juara umum setiap kenaikan kelas . Jadi aku pun mengikuti seluruh jawabannya sama persis . Hasilnya , waktu aku sedang berjalan di koridor , tidak sengaja aku bertemu dengan guru Penjas Orkes ku dan dia mengucapkan selamat atas keberhasilan ku karena mendapatkan nilai yang sempurna pada ulangan akhir semester tersebut .

Masa SD Terburuk
Kelas 4 mungkin menjadi sejarah masa sekolah dasar ku yang paling buruk . Waktu itu , karena berbeda kelas dengan Ni Luh , aku pun dekat dengan Leony dan Ayren yang menjadi kawan terdekatku setelah Niluh. Keakraban kami begitu menimbulkan berbagai masalah karena kami begitu ribut dan seringkali asik bertiga saat guru menjelaskan . Kami pun sampai ditegur guru untuk tidak duduk berdekatan dan bahkan untuk tidak berteman lagi . Tapi mana mungkin kami berhenti berteman hanya karena disuruh , jadi kami hanya mengindahkan perintah untuk tidak duduk berdekatan .

Suka Piala
Aku memang sejak kecil tinggal dengan abang sepupuku dan mamanya . Menurutku abang sepupuku itu sangat pintar dan sangat menguasai mata pelajaran yang paling tidak kusukai , matematika . Tidak jarang ia mendapatkan penghargaan berupa piala dan uang tunai atas kemenangannya dalam berbagai olimpiade matematika . Pernah saat aku sedang asik menonton televisi , kakak ku yang kebetulan sedang membersihkan kamar abang sepupuku yang berada di  dekat ruang keluarga . Kakakku pun melihat piala abang sepupuku sambil  membandingkan aku dengan abang sepupuku yang punya banyak piala , sementara aku tidak punya sama sekali . Aku pun merasa kesal dan mengadu ke papaku . Papa ku pun menawarkan aku untuk les menggambar untuk mengasah bakatku dalam bidang menggambar , yang telah lama menjadi hobiku sejak kecil . Aku pun mulai belajar berbagai teknik menggambar dan suatu hari guru menggambar ku , Cik Maria , menawarkan ku untuk ikut lomba . Aku pun yang terobsesi untuk mengalahkan jumlah piala yang dimiliki abang sepupu ku pun berkobar – kobar semangatnya untuk meraih piala pertama ku . Tapi namanya juga baru pertama kali lomba , aku belum terlalu berpengalaman sehingga aku pun gagal mendapatkan piala yang aku impi – impikan itu . Tapi aku tidak putus asa untuk membuktikan bahwa aku juga bisa mempunyai piala . Aku terus berlatih dan belajar dari lomba pertama ku ,  kesalahan apa yang aku buat saat itu membuatku tahu setiap kali lomba ada saja yang harus dilakukan agar hasil akhir lukisan bisa memukau juri . Aku pun terus ikut lomba yang di tawarkan hingga saat ini aku sudah punya 6 piala dalam bidang melukis untuk membuktikan pada kakak ku bahwa aku juga bisa mempunyai piala . Dan dari situlah aku mempunyai cita – cita untuk menjadi arsitek . Padahal yang aku gambar bukanlah bangunan – bangunan yang seperti biasa digambar oleh arsitek . Tapi aku selalu yakin mengatakan kepada semua orang bahwa cita – citaku adalah menjadi arsitek .

Lomba Yang Berakhir Fatal
Pernah saat aku kelas 5 SD aku les Bahasa Inggris di SMART yang terletak di Jl.siam  . Setiap kami pulang les , ada saja kelakuan yang kami buat hingga begitu heboh , salah satunya adalah lomba menjadi orang yang paling pertama sampai di lantai dasar . Hari itu , mungkin saking bersemangatnya untuk menjadi yang paling pertama , aku begitu terburu – buru menuruni tangga dan ternyata anak tangga ke – 3 sebelum lantai dasar itu masih ada jejak air bekas orang yang habis ke wc dan tidak di lap kakinya hingga kering . Aku pun tergelincir dan terjatuh di depan – teman ku . Bukan hanya malu , aku juga waktu itu punya firasat tidak enak karena tanganku terasa seperti pudding yang bergoyang – goyang . Aku  pun sudah berdoa dalam hati “ semoga aku tidak patah tulang ” kataku waktu itu . Namun , setelah memeriksa keadaan ku di tempat pemeriksaan ketiga , yaitu tempat praktek Dr.Gede , aku pun dinyatakan patah tulang dan segera dilarikan ke rumah sakit agar besoknya aku bisa menjalani operasi pemasangan pen . Butuh memakan waktu yang lama untuk pulih dengan menjalankan terapi rutin hingga aku kembali masuk rumah sakit untuk operasi pengambilan pen di kelas 1 smp .

Masuk ke Ruangan Yang Paling Ditakuti Oleh Murid
Semasa SMP , ada 3 ruangan yang paling ditakuti oleh murid – murid di sekolah . Yaitu ruangan wakil kepala sekolah bidang kurikulum , wakil kepala sekolah bidang kesiswaan , dan ruangan kepala sekolah . Sebenarnya untuk tipe murid seperti ku yang pendiam dan cukup penurut terhadap segala peraturan sekolah saat itu  , rasanya tidak mungkin kalau aku mempunyai kemungkinan untuk masuk ke 3 ruangan itu . Tapi , waktu itu tidak tahu kenapa ,  rasanya satu kelas di 8D , kelasku ,  seperti menjauhi dan mengucilkan seorang anak pindahan dari Putusibau . Mungkin salah satu alasannya adalah karena dia begitu seringkali bertanya pada kami semua yang membuat kami kesal dan diam – diam setiap kali istirahat , kami membuka tasnya dan membaca buku hariannya  . Dan waktu itu karena aku dan Ni Luh belum pernah melihatnya , kami pun membacanya dan tanpa sepengetahuan kami dia telah berdiri di depan kami dan merampas buku hariannya sambil menangis . Seketika aku merasa begitu jahat padanya padahal ia sedang kesusahan untuk beradaptasi di kelas kami , seperti apa yang ia tuliskan di buku hariannya . Dia pun melapor pada waka kurikulum , karena waktu itu waka kesiswaan sedang tidak berada di tempat . Aku , NI Luh , dan Leony pun disuruh menghadap waka kurikulum . Kami begitu ketakutan saat itu apalagi saat kami diminta untuk ke ruang waka kesiswaan karena waka kesiswaan saat itu sudah kembali dam mempertanyakan apa yang terjadi . Anak pindahan itu pun menceritakan segala hal dan kami hanya bisa terdiam saat itu . Waka kesiswaan pun menelepon kepala sekolah dan akhirnya kami pun disuruh ke ruangan kepala sekolah . Tidak hanya kami yang berada disitu , ada pula teman sekelas kami yang lain dipanggil karena juga bersalah atas kasus ini . Kepala sekolah pun hampir memberikan kami bertiga skors karena kami yang kepergok bersalah saat itu juga . Akhirnya kami tidak jadi kena skors karena amarah anak pindahan itu sudah mereda dan kami pun diminta untuk bersalaman dan minta maaf . Bahkan sekaraang kami sudah begitu dekat dan bersahabat dengan Ellen , anak pindahan tersebut.  

Masa Putih Abu – Abu
Pasti ada saatnya untuk melepas masa putih biru yang penuh drama dan aku memutuskan untuk menjalankan masa putih abu – abu ku di SMAN 1 Pontianak . Semenjak masuk SMAN 1 , aku baru pertama kalinya ikut pramuka dan acara wisata pramuka , dimana memberikan ku banyak pengalaman tentang pramuka yang tidak pernah kudapat di sekolah sebelumnya . Sekarang aku kelas 2 SMA dan masih melanjutkan hobi menggambar ku karena kelak aku ingin menjadi seorang animator . 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar