LAPORAN
MAGANG
KEGIATAN PENGAMATAN POHON PAKAN ORANGUTAN (Pongo pigmaeus pigmaeus) DI STASIUN
PENELITIAN CABANG PANTI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG KABUPATEN KETAPANG
KALIMANTAN
BARAT
OLEH:
M MUHLIS SAPUTRA
G1011131169
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Taman Nasional Gunung Palung secara
umum memiliki kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan
bergunung-gunung dengan variasi mulai dari dataran rendah sampai dengan
ketinggian + 1.116 meter di atas permukaan air laut (Gunung Palung). Sedangkan
iklimnya berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, pada bagian barat
termasuk tipe A (9 bulan basah/tahun) dengan curah hujan antara 2.500-3.000
mm/tahun dan bagian timur termasuk tipe B (7 bulan basah/tahun) dengan curah
hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun dengan temperatur udara 25.5° - 35°C.
Menurut sejarahnya, Taman Nasional
Gunung Palung awalnya dijadikan sebagai Suaka Margasatwa oleh Pemerintah
Belanda melalui Staat Blaat No.4/13IB/1937 pada tanggal 29 April 1937 dengan
luas keseluruhan sekitar 30.000 hektar. Setelah Bangsa Indonesia merdeka, pada
tanggal 10 Desember 1981 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 101
A/Kpts/VIII/12/1981 ditetapkan lagi sebagai Suaka Margasatwa dengan nama Suaka
Margasatwa Gunung Palung dengan luas bertambah menjadi sekitar 90.000 hektar,
meliputi kawasan Gunung Kepayang, Gunung Seberuang, Sei Lekahan, dan Labuhan
Batu. Tujuannya, adalah untuk meningkatkan perlindungan terhadap hutan hujan
tropis Pulau Kalimantan beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya.
Pada acara Pekan
Konservasi Alam Nasional II di Bali tanggal 24 Maret 1990 Suaka Marga Satwa
Gunung Palung diganti lagi namanya menjadi Taman Nasional Gunung Palung
berdasarkan Pernyataan Menteri Kehutanan Nomor: 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6
Maret 1990. Dan Terakhir, menjadi Balai Besar Taman Nasional Gunung Palung
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.6186/Kpts-II/2002 tanggal 10
Juni 2002 (dephut.go.id).
Taman
Nasional Gunung Palung merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki
keaneka-ragaman hayati bernilai tinggi, dan berbagai tipe ekosistem antara lain
hutan mangrove, hutan rawa, rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan pamah
tropika, dan hutan pegunungan yang selalu ditutupi kabut. Taman nasional ini
merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik
danterluas di Kalimantan. Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer
yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan
dan satwa liar. Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini
ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar
(Agathisborneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu
ulin (Eusideroxylon zwageri),Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp.,
Sonneratia sp., ara si pencekik, dan tumbuhan obat.
Habitat orangutan saat ini hanya terdapat di Kalimantan
dan Sumatera. Orangutan
hidup di daerah tropis dataran rendah, rawa, sampai hutan perbukitan dengan
ketinggian hingga 1500 m dpl. Umumnya hidup di hutan primer dan hutan sekunder. Orangutan
ditemukan di wilayah hutan hujan
tropis Asia Tenggara,
yaitu di pulau Borneo
dan Sumatra
di wilayah bagian negara Indonesia
dan Malaysia. Mereka biasa tinggal di
pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada
berbagai tipe hutan,
mulai dari hutan keruing,
perbukitan dan dataran rendah,
daerah aliran sungai,
hutan rawa air tawar, rawa gambut,
tanah kering di atas rawa bakau
dan nipah,
sampai ke hutan pegunungan.
Orangutan ( Pongo Pygmaeus) merupakan satwa liar
yang mempunyai sifat khas dan unik dibandingkan dengan spesies-spesies anggota
sub ordo Anthropoidae yang lain. Populasi orangutan pada dasarnya tersusun
daklam bentuk satuan-satuan reproduktatif yang tidak lengkap. Dengan
perkecualian anak-anak yang masih belum mandiri dan masih mengikuti induknya,
baik orangutan jantan maupun betina sepanjang sebagian masa hidupnya berprilaku
sebagai hewan dewasa yang benar-benar hidup secara soliter ( Galdikas, 1984).
1.2. Tujuan Kegiatan Magang
Adapaun Tujuan dari magang adalah sebagai berikut:
- Menyelesaikan studi
- Mengetahui tentang pakan Orangutan di TNGP.
- Mendapatkan pengalaman dan ilmu lapangan dalam prosesi
magang.
- Mengetahui pengaruh pakan terhadap sebaran OH
1.3. Manfaat Kegiatan Magang
Adapaun manfaat dari magang Bagi Mahasiswa adalah sebagai berikut:
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan
penulis terhadap dunia kerja.
2.
Dapat meningkatkan pengalaman
kerja bagi mahasiswa magang sebelum
masuk langsung ke dalam dunia kerja.
3.
Meningkatkan kapasitas pribadi
penulis dalam dunia riset
4.
Memberikan penanaman rasa
tanggung jawab pada penulis saat bekerja dilapangan dengan SOP yang sudah
menjadi standar di Instansi tempat magang
5.
Penulis dapat membandingkan
antara konsep atau teori yang dihadapi selama perkuliahan dengan kenyataan
operasional di dunia kerja.
6.
Memperoleh peluang untuk dapat
bekerja di perusahaan/instansi tempat mahasiswa melaksanakan magang, setelah
memperoleh title kesarjanaan.
Manfaat dari magang Bagi Akademik adalah sebagai berikut:
7.
Bagi Akademik,
Magang diharapkan berguna bagi perkembangan Mahasiswa/i sehingga dapat
dijadikan referensi atau contoh bagi Mahasiswa/i selanjutnya yang akan
mengambil kegiatan yang sama, serta mempererat kerja sama antara Akademik
dengan Instansi terkait tempat Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang.
Manfaat dari magang Bagi Instansi adalah sebagai
berikut:
8.
Bagi Instansi terkait disini yaitu
Yayasan Palung dan Balai Taman Nasional Gunung Palung tentu memberikan masukan
baik berupa saran, dan juga evaluasi kerja serta membangun relasi yang lebih
baik bagi Instansi dan juga pihak Fakultas.
9.
Bisa memberikan tambahan
informasi baru tentang aktivitas penelitian yang ada di Stasiun Penelitian
Cabang Panti kawasan Taman Nasional Gunung Palung serta mampu menambah minat
mahasiswa agar bisa menjalin kerjasama yang baik dalam segala hal, baik itu
untuk magang, penelitian dan lan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar