Sang Pelukis Penyuka Piala
Aku lahir pada tanggal 26 Desember 2000
di kota khatulistiwa , melengkapi
keluarga dari pasangan suami – istri Sugondo dan Supemisda . Aku pun diberi
nama Jessica Wulinda oleh kedua orang tuaku dengan bantuan kakek ku dari pihak
mama . Menjadi anak tunggal membuatku terbiasa bermain sendirian di rumah dan
terkadang aku juga bermain dengan tetanggaku hingga ayah mereka meninggal dunia
. Sejak saat itu aku tidak pernah bermain lagi di luar rumah saat kecil .
Terkadang aku menghilangkan rasa bosan ku dengan menggambar . Banyak sekali
buku yang aku habiskan hanya untuk menggambar .
Nangis di Lapangan
Ada saat pertama kalinya aku masuk kelas
TK B di Bina Mulia , dimana ketika baru saja masuk dan melihat guru nya , aku
langsung lari sambil nangis ke lapangan dan memeluk pohon yang ada di lapangan
saat itu . Bagaimana tidak menangis , aku begitu ketakutan saat mengetahui
bahwa yang mengajariku adalah Ms.Merry yang masih terekam dengan jelas dalam
ingatanku saat di playgroup dia adalah guru yang begitu galak dan sangat suka
marah . Kakak yang waktu itu menemaniku ke sekolah beserta guru – guru TK
lainnya pun kewalahan menangani aku yang bersikeras tidak mau masuk kelas .
Akhirnya karena diiming – imingi akan diberikan kue jika aku masuk ke kelas ,
aku pun masuk ke kelas dan terus ditemani dengan guru TK lainnya agar aku tidak
ketakutan lagi .
Awal Mula Bersahabat
dengan Niluh
Waktu setiap jumat saat aku berada di
kelas 2 SD dulu , akan selalu ada KAP ( Kegiatan Akhir Pekan ) yang diadakan
oleh sekolah . Pernah saat KAP , aku dan teman – teman sekelas ku dibawa pergi
ke Gramedia untuk melihat – lihat buku . Tidak lupa membawa uang jajan yang
telah diberi oleh orang tua apabila kami memang hendak membeli sesuatu . Waktu
itu aku kebetulan duduk berdua di bis dengan Ni Luh Tiya Pertiwi , salah satu teman sekelas ku .
Kami pun berbincang – bincang dan melihat – lihat isi Gramedia berdua . Waktu
itu kami melihat sebuah buku yang begitu lucu dan memutuskan untuk membelinya .
Buku itu pun kami isi dengan menulis cerita yang begitu pendek untuk kesenangan
kami sendiri , setiap selesai menulis sebuah cerita kami akan bertukar buku
untuk membaca cerita satu sama lain , lalu memberikan nilai sesuka hati .
Mungkin , itulah pertama kali nya aku dekat dengan seorang teman dan menjadikan
kami tetap bersahabat hingga saat ini .
Remedial Matematika
Bersejarah
Menurutku kelas 3 SD adalah waktu dimana
matematika adalah pelajaran tersulit di dunia . Karena setiap kali ulangan ,
aku tidak pernah tuntas di mata pelajaran itu . Setiap tidak tuntas , murid
diwajibkan untuk mengikuti remedial yang telah disiapkan oleh guru . Dan aku
harus mengikuti remedial hingga 2 – 3 kali untuk tuntas di mata pelajaran itu .
Hal itulah yang membuatku tidak menyukai pelajaran matematika .
Pasrah Dengan Nilai
Penjas Orkes
Setiap akhir semester pasti akan
diadakan Ulangan Akhir Semester untuk menentukan kenaikan kelas kita melalui
nilai akhir ulangan . Tidak hanya lemah di matematika , aku juga lemah di mata
pelaran Penjas Orkes . Karena aku pasrah dengan nilai ku di mata pelajaran itu walaupun
aku belajar mati – matian , akhirnya saat ulangan Penjas Orkes berlangsung mata
ku pun kerap melirik ke lembar jawaban peserta ulangan di sebelah ku .
Kebetulan dia adalah pemegang gelar juara umum setiap kenaikan kelas . Jadi aku
pun mengikuti seluruh jawabannya sama persis . Hasilnya , waktu aku sedang
berjalan di koridor , tidak sengaja aku bertemu dengan guru Penjas Orkes ku dan
dia mengucapkan selamat atas keberhasilan ku karena mendapatkan nilai yang
sempurna pada ulangan akhir semester tersebut .
Masa SD Terburuk
Kelas 4 mungkin menjadi sejarah masa
sekolah dasar ku yang paling buruk . Waktu itu , karena berbeda kelas dengan Ni
Luh , aku pun dekat dengan Leony dan Ayren yang menjadi kawan terdekatku
setelah Niluh. Keakraban kami begitu menimbulkan berbagai masalah karena kami
begitu ribut dan seringkali asik bertiga saat guru menjelaskan . Kami pun
sampai ditegur guru untuk tidak duduk berdekatan dan bahkan untuk tidak
berteman lagi . Tapi mana mungkin kami berhenti berteman hanya karena disuruh ,
jadi kami hanya mengindahkan perintah untuk tidak duduk berdekatan .
Suka Piala
Aku memang sejak kecil tinggal dengan
abang sepupuku dan mamanya . Menurutku abang sepupuku itu sangat pintar dan
sangat menguasai mata pelajaran yang paling tidak kusukai , matematika . Tidak
jarang ia mendapatkan penghargaan berupa piala dan uang tunai atas
kemenangannya dalam berbagai olimpiade matematika . Pernah saat aku sedang asik
menonton televisi , kakak ku yang kebetulan sedang membersihkan kamar abang
sepupuku yang berada di dekat ruang
keluarga . Kakakku pun melihat piala abang sepupuku sambil membandingkan aku dengan abang sepupuku yang
punya banyak piala , sementara aku tidak punya sama sekali . Aku pun merasa
kesal dan mengadu ke papaku . Papa ku pun menawarkan aku untuk les menggambar
untuk mengasah bakatku dalam bidang menggambar , yang telah lama menjadi hobiku
sejak kecil . Aku pun mulai belajar berbagai teknik menggambar dan suatu hari
guru menggambar ku , Cik Maria , menawarkan ku untuk ikut lomba . Aku pun yang
terobsesi untuk mengalahkan jumlah piala yang dimiliki abang sepupu ku pun
berkobar – kobar semangatnya untuk meraih piala pertama ku . Tapi namanya juga
baru pertama kali lomba , aku belum terlalu berpengalaman sehingga aku pun
gagal mendapatkan piala yang aku impi – impikan itu . Tapi aku tidak putus asa
untuk membuktikan bahwa aku juga bisa mempunyai piala . Aku terus berlatih dan
belajar dari lomba pertama ku ,
kesalahan apa yang aku buat saat itu membuatku tahu setiap kali lomba
ada saja yang harus dilakukan agar hasil akhir lukisan bisa memukau juri . Aku
pun terus ikut lomba yang di tawarkan hingga saat ini aku sudah punya 6 piala
dalam bidang melukis untuk membuktikan pada kakak ku bahwa aku juga bisa
mempunyai piala . Dan dari situlah aku mempunyai cita – cita untuk menjadi
arsitek . Padahal yang aku gambar bukanlah bangunan – bangunan yang seperti biasa
digambar oleh arsitek . Tapi aku selalu yakin mengatakan kepada semua orang
bahwa cita – citaku adalah menjadi arsitek .
Lomba Yang Berakhir
Fatal
Pernah saat aku kelas 5 SD aku les
Bahasa Inggris di SMART yang terletak di Jl.siam . Setiap kami pulang les , ada saja kelakuan
yang kami buat hingga begitu heboh , salah satunya adalah lomba menjadi orang
yang paling pertama sampai di lantai dasar . Hari itu , mungkin saking
bersemangatnya untuk menjadi yang paling pertama , aku begitu terburu – buru
menuruni tangga dan ternyata anak tangga ke – 3 sebelum lantai dasar itu masih
ada jejak air bekas orang yang habis ke wc dan tidak di lap kakinya hingga
kering . Aku pun tergelincir dan terjatuh di depan – teman ku . Bukan hanya
malu , aku juga waktu itu punya firasat tidak enak karena tanganku terasa
seperti pudding yang bergoyang – goyang . Aku
pun sudah berdoa dalam hati “ semoga aku tidak patah tulang ” kataku
waktu itu . Namun , setelah memeriksa keadaan ku di tempat pemeriksaan ketiga ,
yaitu tempat praktek Dr.Gede , aku pun dinyatakan patah tulang dan segera
dilarikan ke rumah sakit agar besoknya aku bisa menjalani operasi pemasangan
pen . Butuh memakan waktu yang lama untuk pulih dengan menjalankan terapi rutin
hingga aku kembali masuk rumah sakit untuk operasi pengambilan pen di kelas 1
smp .
Masuk ke Ruangan Yang
Paling Ditakuti Oleh Murid
Semasa SMP , ada 3 ruangan yang paling
ditakuti oleh murid – murid di sekolah . Yaitu ruangan wakil kepala sekolah
bidang kurikulum , wakil kepala sekolah bidang kesiswaan , dan ruangan kepala
sekolah . Sebenarnya untuk tipe murid seperti ku yang pendiam dan cukup penurut
terhadap segala peraturan sekolah saat itu
, rasanya tidak mungkin kalau aku mempunyai kemungkinan untuk masuk ke 3
ruangan itu . Tapi , waktu itu tidak tahu kenapa , rasanya satu kelas di 8D , kelasku , seperti menjauhi dan mengucilkan seorang anak
pindahan dari Putusibau . Mungkin salah satu alasannya adalah karena dia begitu
seringkali bertanya pada kami semua yang membuat kami kesal dan diam – diam
setiap kali istirahat , kami membuka tasnya dan membaca buku hariannya . Dan waktu itu karena aku dan Ni Luh belum
pernah melihatnya , kami pun membacanya dan tanpa sepengetahuan kami dia telah
berdiri di depan kami dan merampas buku hariannya sambil menangis . Seketika
aku merasa begitu jahat padanya padahal ia sedang kesusahan untuk beradaptasi
di kelas kami , seperti apa yang ia tuliskan di buku hariannya . Dia pun
melapor pada waka kurikulum , karena waktu itu waka kesiswaan sedang tidak berada
di tempat . Aku , NI Luh , dan Leony pun disuruh menghadap waka kurikulum .
Kami begitu ketakutan saat itu apalagi saat kami diminta untuk ke ruang waka
kesiswaan karena waka kesiswaan saat itu sudah kembali dam mempertanyakan apa
yang terjadi . Anak pindahan itu pun menceritakan segala hal dan kami hanya
bisa terdiam saat itu . Waka kesiswaan pun menelepon kepala sekolah dan
akhirnya kami pun disuruh ke ruangan kepala sekolah . Tidak hanya kami yang berada
disitu , ada pula teman sekelas kami yang lain dipanggil karena juga bersalah
atas kasus ini . Kepala sekolah pun hampir memberikan kami bertiga skors karena
kami yang kepergok bersalah saat itu juga . Akhirnya kami tidak jadi kena skors
karena amarah anak pindahan itu sudah mereda dan kami pun diminta untuk
bersalaman dan minta maaf . Bahkan sekaraang kami sudah begitu dekat dan
bersahabat dengan Ellen , anak pindahan tersebut.
Masa Putih Abu – Abu
Pasti ada saatnya untuk melepas masa
putih biru yang penuh drama dan aku memutuskan untuk menjalankan masa putih abu
– abu ku di SMAN 1 Pontianak . Semenjak masuk SMAN 1 , aku baru pertama kalinya
ikut pramuka dan acara wisata pramuka , dimana memberikan ku banyak pengalaman
tentang pramuka yang tidak pernah kudapat di sekolah sebelumnya . Sekarang aku
kelas 2 SMA dan masih melanjutkan hobi menggambar ku karena kelak aku ingin
menjadi seorang animator .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar