B. Karekteristik
pembeljran terpadu
Menurut Depdikbud (1996:3), pembelajaran terpadu
sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu:
holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
1. HOLISTIK
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian
sekaligus,tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu
memungkinkann siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada
gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam
menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.
2. BERMAKNA
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti
yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.Rujukan yang nyata dari
semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep
lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari.
Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang
fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
3. OTENTIK
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami
secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan
belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya
sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang
diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh
siswa melalui eksperimen.Guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari
informasi dan pemberitahuan.
4. AKTIF
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, baik secara
fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya
hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan
kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.
Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri.
Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak
langsung dapat memotivasi anak untuk belajar. Dengan demikaian,pembelajaran
terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing
mata pelajran yang saling terkait.Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan
dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum
yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977: 7)
mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini :
1. Berpusat
pada anak (Student Centered)
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu
maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya
sesuai dengan perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu sendiri apa yang dia
butuhkan. Hal ini sesuai dengan penedekatan belajar modern yang lebih
banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. peran guru lebih banyak
sebagai fasilitator yaitu memberkan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan
pengalaman langsung pada anak (Direct Experince)
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa
secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami
hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai
dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh
informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang
membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor
pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. Dengan
pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan
dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak/dibatasi. Sehingga
memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi,
yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Bahkan dalam pelaksanaan kelas-kelas awal, fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari
berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki
oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang
dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh
dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa. Hal ini
mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari kegiatan ini
diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa yang
diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik membantu siswa
dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersikap luwes (Fleksibel)
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya,
bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa
berada.
6. Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang
dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa.
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian,
siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:
1. Berpusat pada anak
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu
maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasainya dan dibutuhkannya sesuai dengan perkembangannya. Dalam pembelajaran
terpaduperan guru lebih banyak sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk
selalu aktif dalam pembelajaran.
Contoh:
Guru melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator, salah
satunya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Sehingga kelas lebih
terasa nyaman dan mengasyikan untuk belajar. Selain itu, guru dapat berperan
sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum. Guru hanya memberi petunjuk dan
mengarahkan proses pelaksanaan praktikum. Siswa melaksanaakan praktikum sendiri
sesuai dengan arahan dari guru. Siswa mencatat hasil praktikumnya. Guru
meluruskan konsep yang salah. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil praktikum.
2. Otentik
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa
secara otentik (langsung) pada konsep dan prisip yang
dipelajari. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar dengan
melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil
belajarnya secara langsung sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya.Dengan pengalaman langsung ini,
siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
Contoh:
Guru mengajak siswa ke tempat sesuai dengan materi
pelajaran yang dipelajari, misalnya museum, pantai, gunung, kebun, dan lain
sebagainya. Dengan pengalaman langsung tersebut, siswa dapat mengetahui dengan
jelas serta memahami materi yang dipelajari.
3. Pemisahan antara bidang studi
tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan
suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang
studi tidak ditonjolkan. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami
suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
Contoh:
Guru bercerita “Menjenguk Teman yang Sakit”.
“Jam 06.30, Andi pergi ke sekolah. Sebelum berangkat,
tidak lupa Andi berpamitan kepada kedua orang tuanya. Sesampainya disekolah,
Andi dan teman-temannya dikejutkan dengan berita bahwa Jery teman sekelasnya
tidak masuk sekolah karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Jery melanggar
peraturan lalu lintas karena ia mengendarai sepeda di sebelah kanan jalan. Andi
dan teman-temannya iuran untuk menjenguk Jery. Uang iuran terkumpul
Rp.100.000,00. Uang tersebut dibelikan 2 bungkus Roti tawar, masing-masing
seharga Rp. 7.500,00. Selain itu membeli buah-buahan : 1 kilogram Apel seharga
Rp.20.000,00 dan 2 kilogram jeruk seharga Rp. 30.000,00 dan sisanya ditaruh di
dalam amplop untuk diberikan kepada Jery.
4. Menyajikan konsep dari berbagai
bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari
berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki
oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam
kehidupannya.
Contoh:
Siswa belajar tentang jual beli dengan menggunakan metode
bermain peran. Ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Dalam bermain
permain peran tersebut, terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Dalam
berinteraksi sebagai penjual dan pembeli terdapat komunikasi. Jadi, siswa dapat
belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik (mata belajaran Bahasa
Indonesia), materi tentang pasar tersebut (penjual, pembeli, tawar-menawar)
termasuk dalam mata pelajaran IPS dan tawar menawar harga yang terjadi antara
penjual dan pembeli termasuk dalam pembelajaran matematika. Jadi, dalam
kegiatan pembelajaran tersebut terdapat kebermaknaan antar konsep mata
pelajaran satu dengan mata pelajaran lain.
5. Bersikap luwes
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya,
bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa
berada.
Contoh:
Guru dengan fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan
ajar. Dalam mengaitkan beberapa bahan ajar tersebut, guru menyesuaiakan dengan
lingkungan sekitar siswa. Misalnya dalam pelajaran olahraga, siswa sedang
bermain bola. Kemudian dalam pembelajaran IPA materi gravitasi bumi, guru
membahas kembali kegiatan ketika olah raga. Guru menanyakan mengapa bola
dilempar akan jetuh ke tanah?
6. Hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang
dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa.
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
C model pembeljran ipa terpadu
Ada berbagai model dalam
mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan
perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:
Langkah (1):
Menetapkan mata pelajaran yang
akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan
dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik
dan kebermaknaan belajar. .
Langkah (2):
Mempelajari standar kompetensi
dan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini
dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada semester dan kelas yang
sama, antarsemester pada kelas yang sama, antarsemester dan kelas yang berbeda dari
beberapa submata pelajaran IPA yang memungkinkan untuk diajarkan secara
terpadu. .
Langkah (3):
Memilih dan menetapkan tema atau
topik pemersatu. Dalam memilih tema/topik dapat dirumuskan dengan melihat
isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya,
kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai
submata pelajaran IPA.
Langkah (4):
Membuat matriks
keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk
menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat
dipadukan.
Langkah (5):
Menyusun dan merumuskan indikator
pencapaian hasil belajar untuk setiap kompetensi dasar dari submata pelajaran
yang dipadukan.
Langkah (6):
Menyusun silabus pembelajaran IPA
terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator submata pelajaran IPA
menjadi beberapa pengalaman belajar yang konsep keterpaduan atau
keterkaitan menyatu antara beberapa submata pelajaran IPA.
Langkah (7):
Menjabarkan silabus menjadi
desain pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
pertemuan.
C. Tujuan Pembelajaran
IPA Terpadu
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup bidang kajian energi dan
perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan.
Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara
disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak
pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke
berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih
secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan
dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang
disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan
proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan
adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi
yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang
tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien
dan efektif.
Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk
mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami
keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki
kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami
keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.
2. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran
terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan
yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan
kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini,
pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran
IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal,
menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep
pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema
tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan
kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam
untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru.
Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh,
menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam
belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila
mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
3. Beberapa
kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model
pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana,
serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan
sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan
langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan
penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah
pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Terpadu
Dari
gambaran tersebut, akan menunjukkan adanya beberapa sisi positif mengapa kita
menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu atau pendekatan tematik.
Kelebihan tersebut didasari oleh
beberapa alasan.
1.
Materi pelajaran menjadi dekat
dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus
melakukannya.
2.
Siswa juga dengan mudah dapat
mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran lainnya.
3.
Dengan bekerja dalam kelompok,
siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan
psikomotorik, selain aspek kognitif.
4.
Pembelajaran terpadu mengakomodir
jenis kecerdasan siswa.
5.
Dengan pendekatan pembelajaran
terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode
pembelajaran.
Kelebihan
- Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik
akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak
- Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi
peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
- Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan
keterampilan berfikir dan sosial peserta didik.
- Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang
bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam
kehidupan/lingkungan riil peserta didik
- Dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang
kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta
didik, peserta didik/guru dengan nara sumber
Kekurangan
1.
Aspek
Guru: Guru harus berwawasan
luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan
diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus
pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu
akan sulit terwujud.
2.
Aspek
peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut
kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan
akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran
terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif
(menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan
menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran
terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3.
Aspek
sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan
bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga
fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah
pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi,
maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4.
Aspek
kurikulum: Kurikulum harus luwes,
berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada
pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5.
Aspek
penilaian: Pembelajaran terpadu
membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang
dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan
prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut
untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru
yang berbeda.
6.
Suasana
pembelajaran: Pembelajaran terpadu
berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya
bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka
guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut
sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu
sendiri.
Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu:
Pelaksanaan Pembelajaran
Terpadu Perencanaan Kondisi dan potensi peserta didik Minat , bakat, kebutuhan,
dan kemampuan peserta didik K emampuan sumberdaya pendukung K emampuan guru,
ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran , serta kepedulian stakeholders
sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar